I Gusti Made Putra Wijaya, pria kelahiran Banjar
Suralaga Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan ini, sejak kecil mewarisi
bakat seni ayahnya yang menggeluti bidang ukir. Sederet penghargaan pengabdi
seni sudah diraihnya dan sering pula mengisi pameran lukisan pada pelaksanaan PKB.
Pria tamatan sekolah rakyat ini, sedari kecil selalu
tertarik dengan kegiatan mengukir yang digeluti sang ayah. Seiring perjalanan
waktu, ketika berumur 12 tahun, ayahnya menyarankan untuk belajar melukis. Awalnya muncul keraguan, namun kemudian memantapkan hati belajar melukis
pada seniman Ida Bagus Nadera di daerah Semebaung, Kabupaten Gianyar. Setelah belajar
hampir sembilan tahun, ia kembali pulang ke tanah kelahirannya. Ia kemudian menikah
dengan Jero Swati dengan dikarunia tiga orang anak. Darah seninya kemudian
diwariskan pada anak dan juga cucu-cucunya.
Selama ini, Gusti Made Putra Wijaya lebih dikenal
sebagai seniman lukis. namun dibalik itu, pria kelahiran Suralaga Abiantuwung ini
juga menggeluti berbagai bidang seni. Seni tabuh, dharmagita dan nopeng adalah
sarana lain baginya dalam mengabdikan diri kepada seni. Ngayah sudah menjadi
rutinitasnya, dari kegiatan sekaa shanti, ngender ataupun nopeng di wilayah kabupaten
Tabanan ataupun luar Tabanan. Di sela-sela kesibukannya, ia menyempatkan diri membuat gubahan Geguritan Gong Besi, diadaptasi dari teks lontar Tutur Gong Bsi. Tiada hari tanpa mengabdi pada seni, itulah
ungkapan yang pantas untuk I Gusti Made Putra Wijaya.
0 komentar:
Post a Comment